PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
“USAHA PREVENTIF,
PENDEKATAN, DAN HAMBATAN DALAM
PENGELOAAN KELAS”
Dosen : Mahmudin, S.Pd.I., M.Pd.I
Oleh:
Muhammad Arif Susanto (12.111.00617)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MA’ARIF BUNTOK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2014 / 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar-mengajar baik
yang bersifat instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi
yang menguntungkan bagi peserta didik.
Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan
diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang
merugikan ( usaha pencegahan ), dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal
apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta
didik di dalam kelas ( usaha kuratif ). Usaha guru dalam menciptakan kondisi
yang diharapkan efektif apabila diketahui secara tepat factor-faktor mana
sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam
proses belajar-mengajar, mengenali masalah-masalah apa sajakah yang
diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar-mengajar,
penguasaan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas serta kapan penggunaan
pendekatan yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Usaha Preventif Masalah
Pengelolaan kelas[1]
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru
dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar
berlangsung efektif. Tindakan tersebut bisa berupa preventif (pencegahan) dan tindakan korektif
(penyembuhan).
Dimensi pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur
lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio-emosional.
1.
Kondisi
dan Situasi Belajar Mengajar
a.
Kondisi
Fisik
Lingkungan fisikk yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatnya inntensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan
mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Lingkungan fisik yang dimaksud, diantaranya sebagai berikut:
1)
Ruangan
tempat berlangsungnya proses balajar mengajar
2)
Pengaturan
tempat duduk
3)
Ventilasi
dan pengaturan cahaya
4)
Pengaturan
penyimpanan barang-barang
b.
Kondisi
Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional mempunyai pengaruh cukup besar terhadap
proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektifitas tercapainya
tujuan pengajaran.
1)
Tipe
kepemimpinan
2)
Sikap
guru
3)
Suara
guru
4)
Pembinaan
raport (hubungan baik dengan anak didik)
c.
Kondisi
Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik ditingkat
kelas maupun ditingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas.
Dengan kegiatan rutin yang tellah diatur secara jelas dan dikomunikasikan
kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan
menyebabkan tertanam pada diri setiap peserta didik kebiasaan yang baik dan
keteraturan tingkah laku. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut.
1)
Pergantian
pelajaran
2)
Guru
yang berhalangan hadir
3)
Upacara
bendera, dan lain lain.
2.
Disiplin
dan Tata Tertib
a.
Pengertian
disiplin
Dalam arti luas disipllin mencakup setiap macam pengaruh yang
ditunjukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara
menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap
lingkungannya.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan peserta didik akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdakaan
yang lebih besar kepada peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.
b.
Sumber-sumber
pelanggaran disiplin
Kita sudah sependapat tentang satu asumsi yang menyatakan bahwa
semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu
pemenuhan kebutuhan. Bila kebuutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui
cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat, maka akan terjadi
ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya
dengan cara-cara lain yang sering kurang bisa diterima oleh masyarakat. Mungkin
pula pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah itu
sendiri, misalnya:
1)
Tipe
kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter.
2)
Kurang
dilibatkan dalam tanggung jawab sekolah.
3)
Latar
belakang kehidupan dalam keluarga yang kurang diperhatikan dalam kehidupan
sekolah.
4)
Sekolah
kurang mengadakan kerja sama dengan orang tuadan antara keduanya juga saling
melepaskan tanggung jawab.
Walaupun demikian memang ada juga yang sebab-sebabnya bersifat
umum, misalnya:
1)
Kebosanan
dalam kelas.
2)
Perasaan
kecewa dan tertekan karena peserta didik dituntut untuk bertingkah laku yang
kurang wajar sebagai remaja.
3)
Tidak
terpenuhinnya kebuthan akan perhatian, pengenalan, atau status.
B.
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas[2]
1.
Behavior-modification
approach
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan
asumsi bahwa:
a.
Semua
tingkah laku, yang “baik” maupun yang “kurang baik” merupakan proses belajar.
b.
Ada
sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk
menjelaskan terjadinya prosesbelajar yang dimaksud. Adapun proses psikologi
yang dimaksud adalah penguatan positif (positife reinforcement),
hukuman, penghapusan (extinction), dan penguatan negatif (negative
reinforcement).
Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus memberi
penguatan positif (memberi stimulus positif sebagai ganjaran) atau penguatan
negatif (suatu stimulus negatif). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang
tidak dikehendaki, guru menggunakan hukuman (memberi stimulus negatif),
penghapusan (pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan peserta
didik) atau time out (membatalkan kesempatan peserta didik untuk
memperoleh ganjaran).
2.
Socio-emotional-climate
approach
Dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling, pendekatan
pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa:
a.
Proses
balajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik
dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru-peserta didik
dan antara peserta didik.
b.
Guru
menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik
itu.
Salah satu ahli yang menganjurkan pendekatan ini adalah Halm C.
Ginott yang menganggap sangat penting kemampuan guru melakukan komunikasi yang
efektif dengan peserta didik dalam arti mengusahakan pemecahan masalah, guru
membicarakan situasi, dan bukan pribadi pelaku pelanggaran, mendeskripsikan apa
yang ia lihat dan rasakan, dan mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai
alternatif penyelesaian.
Redolf Dreikurs menekankan pentingnya proses suasana dalam kelas
yang demokratis, yang mana peserta didik diajak bertanggung jawab, melalui
kesempatan memikul tanggung jawab, diperlakukan sebagai manusia yang dapat
secara bijaksana mengambilkeputusan di samping diberi kesempatan menanggung
konsekuensi perbuatannya sendiri.
3.
Group-processess
approach
Pendekatan ini didasakan pada psikologi sosial dan dinamika
kelompok. Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah:
a.
Pengalaman
belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b.
Tugas
guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara
kelompok yang produktif dan kohesif.
Munurut Richard A. Schmuck dan Patricia A Schmuck unsur-unsur
pengelolaan kelas dalam rangka
pendekatan group process adalah:
a.
Harapan
timbal balik (mutual expectation)tingkah laku guru-peserta didik dan antar
peserta didik sendiri.
b.
Kepemimpinan
baik dari guru maupun dari peserta didik yang mengarahkan kegiatan kelompok ke
arah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
c.
Pola
persahabatan (attraction) antara anggota kelas.
d.
Norma,
dalam arti dimiliki serta dipertahankan norma kelompok yang produktifserta
diubah dan digantinya norma yang kurang produktif.
e.
Terjadinya
komunikasi yang efektif.
f.
Cohesiveness,
yakni persaan keterikatan masing-masing anggota terhadap kelompok.
4.
Eclectic
approach
Akhirnya, apabila disimak secara seksama maka ketiga pendekatan
yang telaah diuraikan di muka adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda-beda
terhadap objek yang sama. Oleh karena itu maka seorang guru seyogianya
menggunakan pendekatan eklektik. Untuk maksud itu maka seyogianya guru
menguasai pendekatan-pendekatan yang potensial, dan dapat memilih pendekatan
yang tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik dalam masalah pengelolaan
kelas.
Eclectic approach ini menekankan pada potensialitas, kreativitas,
dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapinya.[3]
C.
Hambatan dalam Pengelolaan kelas[4]
Dari bahan uraian di atas tampaklah bahwa kewenangan penanganan
masalah pengelolaan dapat kita klasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu:
masalah yang ada dalam wewenang guru bidang studi, masalah dalam wewenang
sekolah sebagai satu lembaga pendidikandan
masalah di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.
Adapun hambatan dalam pengelolaan kelas ada beberapa faktor, yaitu:
1.
Faktor
guru
Faktor hambatan yang datang dari guru dapat berupa hal-hal seperti
di bawah ini:
a.
Tipe
kepemimpinan guru
b.
Format
belajar mengajar yang monoton
c.
Kepribadian
guru
d.
Pengetahuan
guru
e.
Pemahaman
guru tentang peserta didik
2.
Faktor
peserta didik
Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya
sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat merupakan faktor penyebab masalah
pengelolaan kelas.
3.
Faktor
keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan
keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercemin dari tingkah laku
peserta didik yang agresif.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkunngan keluarga seperti tidak
tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau pun terlampau
dikekang akan merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar
disiplin di kelas. Salah penyesuaian peserta didik tehadap situasi kelas akan
merupakan masalah pengelolaan.
4.
Faktor
fasilitas
Faktor fasilitas yang merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas
diantaranya meliputi:
a.
Jumlah
peserta didik dalam kelas.
b.
Besar
ruangan kelas.
c.
Ketesediaan
alat.
BAB III
PENUTUP (KESIMPULAN)
1.
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan
yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar
proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut bisa berupa
preventif (pencegahan) dan tindakan
korektif (penyembuhan).Dimensi pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam
mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan
sosio-emosional.
2.
Pendekatan-pendekatan
dalam Pengelolaan Kelas, adalah sebagai berikut:
a.
Behavior-modification
approach
b.
Socio-emotional-climate
approach
c.
Group-processess
approach
d.
Eclectic
approach
3.
Adapun
hambatan dalam pengelolaan kelas ada beberapa faktor, yaitu:
a.
Faktor
Guru
b.
Faktor
Peserta Didik
c.
Faktor
Keluarga
d.
Faktor
Fasilitas
DAFTAR PUSTAKA
Rohani, Ahmad, 2004,
Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri
dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Rineka
Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar